17 April 2008

Pembelajaran Kontekstual "Belajar dari Erin Gruwel melalui Film Freedom Writers"


Pengantar
Film Freedom Writers adalah film kisah nyata dari Erin Gruwell, yang berikisah tentang perjuangan seorang Guru dalam meotivasi siswanya untuk belajar. Kelas yang diampu Gruwell di ruang 203 adalah kelas unik yang berisi siswa-siswa yang terlibat dalam pergaulan geng dan kekerasan. Sebagian besar siswa terlihat apatis dan terkesan meremehkan Gruwell yang muda, perempuan dan berpostur kecil. Dengan berbagai cara ia mencoba memahami situasi hidup siswa sehingga dia bisa membaca cara berfikir dan mencari apa yang menjadi daya tarik bagi para siswanya. Demi menumbuhkan minat belajar, cara-cara konvensional dia tinggalkan, tetapi melakukan cara-cara yang paling memenuhi kebutuhan siswanya.
Pada akhirnya Gruwell berhasil merebut perhatian para siswanya. Dengan cara-cara yang tidak konvensional ia berhasil menggerakkan proses pembelajaran yang bermanfat untuk kehidupan para siswa. Keberhasilan ini tertuang dalam catatan-catatan yang berisi refleksi tentang kehidupan pribadi yang keras yang dialami para siswa. Hal yang paling penting adalah bagaimana mereka berhasil melakukan pembelajaran yang lebih tinggi untuk mengembangkan martabat kemanusiaan mereka dalam buku kumpulan tulisan “Freedom Writers”.

Tahapan Pembelajaran Kontekstual ala Erin Gruwell
A. Mengenal Situasi Hidup
Pada awalnya Gruwell bingun bagaimana memulai karena dengan cara-cara biasa kelas menjadi tak terkendali hingga terjadi baku hantam. Memulai dengan mengenali nama menjadi awal yang tampaknya tidak berkesan untuk siswanya. Gruwell mulai coba-coba dengan memelibatkan syair-syair musik rap yang umumnya digemari, teteapi belum juga memotivasi. Ia pun mencoba memindahkan posisi para siswa agar terjadi interaksi yang berbeda, tetapi ini tidak memberikan dampak yang diharapkan. Akhirnya dari komentar, bantahan, diary yang dibaca Gruwell menangkap kegelisahan dan kegalauan yang sangat kentara. Di sinilah Gruwell menemukan titik tolak pembelajaran.

B. Mengajak siswa mengungkap segala pengalam hidupnya
1. Studi Kasus
Pada suatu ketika Erin Gruwell mendapati siswanya menggambar wajah yang bersifat stereotype pada siswanya yang berkulit hitam (black America). Bagi Gruwell, munculnya stereotype ini menandai ada ketidaknyamanan yang terpendam, semacam kecemasan. Maka masalah kecemasan di kalangan siswanya ini dicoba untuk diungkap, dibicarakan secara terbuka dan mendalam.

2. Mengaitkan dengan persoalan kemanusiaan yang lebih besar
Kebetulan ada siswanya yang belum memahami arti kata holocaust. Pertanyaan ini ditangkap oleh Gruwell untuk dijadikan pemicu rasa ingin tahu dengan cara mengkaitkan kecemasan hidup para siswa dengan peristiwa-periswa tragis dalam sejarah hidup manusia secara menyentuh. Erin Gruwell mempertemukan para siswanya dengan para saksi sejarah setelah cukup informasi dari museum holocaust. Dengan demikian memungkinkan para siswa menatap secara lebih lugas makna kekerasan dalam sejarah kemanusiaan.

3. Menggunakan permainan untuk menggali pengalamn hidup
Kepentingan dari permainan ini adalah untuk mengajak siswa membandingkan konteks hidup mereka masing-masing dengan konteks antar mereka. Mereka juga diposisikan untuk memuturkan pengalam-pengalam yang sama, yang membuat mereka mempunyai ikatan satu dengan yang lain.

4. Meminta siswa menulis diary
Erin Gruwell meminta siswanya menulikan kecemaan, pengalam dan kegalauan mereka ke dalam diary. Apa yang ditulis menjadi titik penting untuk mengembangkan pembelajaran. Dari pengalaman hidup yang keras dan sarat dengan dengan kekerasan Gruwell memahami konteks hidup dan model pembelajaran seperti apa yang sesungguhnya dibutuhkan untuk membantu dan menemani para siswa menemukan jalan membangun hidup yang lebih normal.

5. Pesta sederhana untuk perubahan
Para siswa yang mulai mampu memahami kecemasan dan mengambil jarak dengan hidupnya yang keras didorong untuk melakukan perubahan-perubahan dengan gembira. Gruwell menekankan sebuah penyadaran dengan memberi tekanan pentingnya perubahan dengan toast for change, sekedar mengangkat dan menyentuhkan satu gelas dengan gelas yang lain untuk kemudian bersama-sama meminumnya, sebagai tanda ada sesuantu yang sangat berarti yang akan dilakukan setelah itu. Gruwell mencoba menghadirkan sebuah makna tentang hidup yang perlu dirawat, dihargai dan dikasihi.

C.Mengajak mengenali khasanah yang lebih luas dan inspirastif
1. Kunjungan ke musium korban holocaust
Dengan melihat gambar-gambar korban, ruang penyiksaan, sisa-sisa barang maupun kronologi peristiwa, para siswa dihadapkan pada sesuatu yang menyentak kesadaran yang akan berkembang pada pertanyaan-pertanyaan dan renungan tentang apa dan bagaimana manusia dan selanjutnya menumbuhkan kesadaran tentang makna hidup.

2. Bertemu dan berdiskusi dengan korban
Dalam pertemuan dengan para korban holocaust, para siswa tidak hanya mendapatkan dokumen atau sesuatu yang mati. Di sini para siswa juga langsung diajak masuk para aspek psikologis yang dituturkan oleh korban, sehingga peristiwa yang menyentak itu makin menyentuh.

3.Membaca buku diary Anne Frank
Bahan-bahan lain yang digunakan untuk memproses penguatan penyadaran ini adalah dengan membca buku pengalam hidup Anne Frank yang mengisahkan peristiwa tersebut menurut pengalaman pribadi.

4. Mengundang saksi
Untuk lebih menghidupkan kisah yang ada dalam buku Anne Frank, kelas yang diampu oleh Erin Gruwell mengundang saksi yang menolong Anne dalam peristiwa holocaust tersebut.

D. Membuat proyek bersama untuk mengekspresikan pemahaman dan pemaknaan baru tentang hidup
1. Menulis surat kepada saksi yang menemani Anne Frank
Setelah tugas membaca buku Anne Frank selesai, tugas selanjutnya bukan merangkum atau meresensi, tetapi menulis surat kepada saksi hidup Anne Frank. Dari surat ini akan terbaca apakah siswa yang bersangkutan membaca atau tidak. Surat tersebut juga akan memberi ilustrasi apakah metode ini mengena atau tidak membuat siswa tersentuh dan merefleksikan pengalaman hidupnya endiri atau tidak.

2. Mencarikan dana untuk mengundang saksi
Pembelajaran yang dilakukan tidak dengan cara biasa ini ternyata mampu membangkitkan kesadaran baru, bahkan komitmen untuk bekerjasama dalam kegiatan mencari dana untuk mengundang saksi. Bazar atau pasar murah ini pun sesungguhnya mengandung pembelajaran tersendiri tentang makna kerja dan prestasi bagi mereka

3. Buku ‘Freedom Writers’
Proses pembelajaran ini berhasil karena tidak harus konvensional atau mengikuti aturan yang seragam, tetapi disesuaikan disesuaikan dengan konteks hidup para siswa. Kesanggupan baru yang dimiliki para siswa dalam mengelola hidupnya ini didokumentasi dalam buku yang merekam pembelajaran dari hidup pribadi, dalam judul Freedom Writers.

Catatan
Konsep pembelajaran yang konteksktual memungkinkan siswa mampu menerapkan pengeathuan yang dimiliki dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Purwono Nugroho Adi, 2008
katekis@yahoo.com